Suatu ketika pernah datang seorang polisis kerumah seorang penduduk desa kecil dan terpencil, tidak jelas apa tujuan polisi itu. dengan gagah polisi -yang saat itu sangat di takuti- memasuki rumah model jadul, besar, berbahan serba kayu dan beratap sirap itu. selang beberapa waktu si polisi itu masuk, terdenag kegaduhan didalam rumah itu, dan sejurus, terlihat polisi tadi berlari dengan tergesa-gesa keluar dari rumah tua itu, selang beberapa etik muncul juga seorang yang berperawakan besar, tinggi dan bersuara berang berlari mengejar polisi itu dengan sebilah mandau, kontan saja polisi tersebut melopat tanpa melalui tangga turun dari rumah itu, saking takutnya sampai-sampai ia tidak sempat membawa sebelah sepatunya, ia langsung saja berlari terbirit-birit tak tau kemana arahnya. sementara lelaki gagah itu masih terlihat sangat marah dengan mengacung-acungkan mandaunya.
siapakah gerangan pria gagah itu? Dia bernama Muhyis, terkenal garang dan pemberani. cerita diatas tadi hanyalah sekelumit dari banyak cerita kehidupannya. dia tidak segan-segan untuk memukul seseorang jika ia bersalah. sepak terjangany sudah sangat dikenal disesanya, bahkan didesa-desa tetangga. Yahm desa tempa tinggalnya bernama Riam Danau, Terletak di penghujung Kabupaten ketapang, dekat perbatasan dengan Kalimantan tengah.
dimasanay, beliau sempat menjadi ikon yang ditakuti namun juga baik hati. dia juga penyayang, dimasa mudanya dihabiskan dengan bekerja layaknya seorang petani, berladang, menanam karet, memelihara sapi dan lain sebagainya.
setelah merasa mapan, dia menikahi seorang gadis bernama Oncong. dari pernikahanya ini ia mnghasilkan emapat orang anak yang salah satunya adalah Ayah ku. semua anaknya didik untuk bekerja keras, namun sayangnya, meskipun mereka hidup berkecukupan, tetapi semua anaknya hanya tamatan Sekolah Dasar,hal ini terjadi karena pada saat itu sekolah lanjutan sangat jauh, yang paling dekat hanya di Kalteng. sebenarnya nenek ku sangat sadar dengan pentingnya pendidikan, namun sayangnya kakek ku ini ternyata tidak sanggup untuk berpisah dengan anak-anaknya, ya... akhirnya mereka tidak melanjutkan sekolahnya.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, pepatah ini lah yang cocok untuk menggambarkan masa tua Mukhyis kakek ku, di usia senjanya ia mengalami penyakit katarak dan menyebabkan kebutaan, sempat dilakukan beberapa kali perobatan, namun karena telah kronis akhirnya tidak bisa diobati lagi.
meskiun demikian, beliau tetap tabah menjalania hidup, beliau mengisi hari-harinya dengan menjadi tukang pijat. banyak lagi cerita-cerita indah yang sempat kulalui denga kakek ku ini, namun aku bingung untuk menceritakanya, maklumlah, ia tak pernah mengeluhkan keadaanya sampai akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya dipelukan ku.... aku merindukannya, merinduka seseorang yang selalu menunggu kepulangan ku setiap kali aku bepergian, seseorang yang selalu menanyakan kabarku, seseorang yang selalu, menwarkan untuk memijat tubuh ku setiap kali selesai main bola, tau bekerja keras, atau pun ketika aku baru datang dari bepergian jauh, seseorang yang sering meminta aku untuk memotongkan kukunya, yang selalu mengenali bunyi langkah ku, dan satu-satunya orang yang memanggil ku dengan sebutan 'didi'. aku merindukan mu kakek ku....seandainya saja waktu bisa diputar, aku ingin berbuat lebih baik padamu, aku ingin mengahbiskan waktu lebih banyak bersama mu... namun tak mungkin lagi...kin engaku tinggal kenangan, namun tetap akan dihati ku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar