Lama tak kudengar kabarmu. Teringat olehku bagaimana bahagianya hati masing-masing dari kita saat awal perkenalan itu. Sosokmu serasa hadir di hadapanku, berikut segala canda dan senyum yang selama ini menjadi penghias kekakuan interaksi diantara kita. Namun, entah mengapa, kurasakan hal yang berbeda saat ini. Sapamu begitu jarang ku dengar, meski lewat sebuah pesan pendek di telepon selularku. Ku coba mencari tahu keadaanmu, namun diriku tak menemukan satupun berita tentangmu. Entah mengapa, kurasakan hati masing-masing dari kita seolah terasa begitu jauh, meski engkau sebenarnya berada dekat di sampingku.
Sahabatku,
Adakah perubahan yang engkau rasakan pada diriku? Sosok yang engkau kenal dulu dengan sosok yang ada saat ini? Jika sekiranya ada sikap dan kataku yang terlihat jauh berbeda, alangkah indahnya engkau utarakan kepadaku. Sungguh, diriku terbuka untuk banyak koreksi dalam langkah ini. Diriku bukanlah sosok sempurna, jauh dari cela, dan tak menginginkan perubahan. Barangkali diriku terlalu lemah untuk mengetahui dimana cela yang ada dalam diri ini. Dan barangkali dirimu melihatnya disaat diriku sendiri tidak menyadarinya.
Sahabatku,
Sampaikanlah kebenaran itu meskipun pahit yang engkau rasa. Sampaikanlah apa yang menjadi ganjalan di hatimu, walau itu terasa bagai menyikirkan beban berat yang menimpamu. Janganlah engkau malah berlari menghindar meninggalkanku sendiri, dalam ketidak tentuan, dalam kebingungan dan keterasingan di tengah luasnya kesempatan bagi kita untuk terus melangkah lebih baik. Jangan biarkan langkah-langkah yang pernah kita rajut dahulu kita uraikan kembali. Bukankah persaudaraan saling membutuhkan perhatian? Bukankah sesama muslim ibarat sebuah bangunan? Dimana satu sama lain bagiannya saling menguatkan?
Sahabatku,
Diriku menyadari mungkin ada beberapa hal yang belum kita sepakati, atau bahkan mungkin tak akan kita sepakati bersama saat ini. Dan diriku mengerti, bahwa kesibukan aktifitas kita masing-masing bukanlah penghalang untuk terus terbinanya silaturahim diantara kita. Tapi ketahuilah, dan diriku percaya, bahwa fase itu akan segera kita lalui. Jika pun tidak, maka diriku percaya bahwa ketentuan dan ketetapan dari Allah adalah di atas segalanya. Dan ketahuilah, bahwa hal itu bagiku tak lantas menjadikan silaturrahim yang sudah kita bangun dahulu kita lepas dan tinggalkan tanpa sepata kata pun. Terlupakah bahwa awal pertemuan itu semata-mata karena kecintaan yang sama? Mencari keridhoan dari hal yang sama? Ya. Kita pernah saling berucap bahwa kita bertemu semata-mata karena kecintaan pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ya. Kita pernah saling tersenyum cemas dan harap, betapa kita merindukan naungan-Nya nanti di padang mahsyar, disaat tiada naungan selain naungan-Nya yang diberikan kepada dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah. [1]
Sahabatku,
Semoga surat singkat ini menjadi awal mekarnya kembali kasih diantara kita. Kasih yang tak berubah hanya karena perbedaan pendapat. Kasih yang tak lekang karena terhambat oleh kesibukan aktifitas keseharian kita. Kasih yang kita tujukan tidak lain hanya kepada Sang Maha Pengasih, Allah azza wa jalla.
Semoga kelak naungan-Nya meliputi dan menentramkan kerisauan kita saat nanti…amin Allahumma amiin.
Salam cinta dan rindu dariku,
Sahabatmu,
Alfaqir
* * *
Saudaraku,
Surat di atas hanyalah sebuah kisah fiktif (kecuali beberapa penggalan hadits-pen). Namun begitu, semoga ada pelajaran yang bisa kita petik dibaliknya. Semoga kita bisa melihat, betapa hubungan silaturrahim itu mesti senantiasa dibina dengan cara yang baik, agar senantiasa tetap terlihat indah mewangi. Kita pun tak akan memungkiri, bahwa pasti ada kerikil-kerikil kecil yang akan sedikit menganggu kenyamanan perjalanannya, baik berupa perbedaan pendapat, ataupun hal-hal kecil yang semestinya bukan mengakibatkan terurainya sebuah hubungan silaturrahim. Sebagaimana kita menemukan keindahan setangkai mawar di taman bunga karena terawat dengan baik, yang tak lepas karena disiram, dipupuk, dan dijaga dari gangguan hama yang mengganggu keindahan mekarnya, pasti diri kita pun berharap hal yang sama berlaku dalam sebuah hubungan silaturrahim yang pernah kita jalin.
Saudaraku,
Rajutlah kembali jika ikatan itu terlihat ada bagiannya yang akan terlepas. Kencangkanlah kembali jika jalinan itu terlihat ada bagiannya yang longgar, dan bangunlah niat semula yang menjalinkannya tidak lain hanya karena kecintaan pada Allah SWT dan Rasul-Nya semata.
Semoga ada waktu bagi kita untuk senantiasa merawatnya, di tengah hiruk pikuk kesibukan kita saat ini ;)
Wallahu a’lam.
INSIDE OUT - Miss Dini
4 tahun yang lalu