pernah aku berjalan dengan bangga diatas bumi
menyusuri jalan yang tak berwujud
membusungkan dada karna bekal yang kubawa
aku percaya kepada diri ku, bahkan lebih dari itu
aku berjalan menyusuri setiap lekuk jalan itu
memamerkan bekal yang kubawa
setiap langkah kulalui dengan tegap
melewati setiap makhluk yang sama tujuanya seperti halnya aku
yaitu menuju akhir yang semoga akan indah
akupun semakin PD dengan langkah ku
karena bekal ku kurasa pasti cukup bahkan lebih
aku telah membayangkan betapa indahnya senyuman malaikat Ridwan menyambut ku dan berkata
"silakan masuk ke syurga Allah, ini hak mu".
aku pun kembali berjalan lagi sembari berharap semoga akhir itu akan segera datang,
karena aku semakin bangga
karena aku semakin percaya diri,
aku berjalan sembari menertawakan bekal yang dibawa oleh orang lain,
aku memandang mereka dengan sinis dan heran,
kenapa mereka berani berjalan padahal aku yakin bekal mereka sangat sedikit
lagi dan lagi aku terus melangkah
hingga datanglah saat itu, sakratul maut yang kutunggu
akhir hayat yang kutunggu
aku tersentak, kenapa seperih ini?
kenapa sesiksa ini?
tubuh serasa dikuliti,
dahaga yang luar biasa,
bibir ku kelu
bahkan hanya untuk menyebut nama Nya dan Rasul Nya
yang sudah sangat fasih saya ucapkan saya tak mampu
pandangan ku gelap gulita
aku sakit
aku menderita
aku bertanya-tanya, mana bekal ku tadi?
mana?
akirnya terpisah lah raga ku dengan sakit yang bahkan membayangkanyapun aku tak pernah
sampai akhirnya mata ku terbuka, aku terbelalak,
bukanya senyum manis malaikat ridwan yang selalu kubayangkan yang menyambut ku,
tapi wajah Malaikat Malik lah yang meringkus ku, ia menghajar ku,
aku tak berdaya,
ia menendang sembari berkata,
inilah yang kau dapatkan dari bekal mu,
inilah hadiah atas kesombongan mu
kamu Riya'
kamu beribadah bukan untuk NYa, tapi untuk kesombongan mu
akupun terkulai lemah menyesali keangkuhan ku, meski aku sadar itu tak berarti lagi..