Welcome!!! Awak Datang Kamek sambot!!!

Jumat, 01 Januari 2010

Cover vs Isi



Cover vs content
Seberapa berhubungankah Cover/penampilan dengan isi? apakah Penampilan sudah pasti menggambarkan isi? atau apakah isi harus segaris dengan tampilan luar?
Ternyata tidak harus, penampilan tak selalu sejalan dengan isi, isi tidak harus segaris dengan penampilan. bisa saja penamiplan menggambarkan kesombongan namun belum tentu hatinya juga ikut-ikutan sombong. Bisa saja penampilan menggambarakan seoarang yang sembrono, namun belum tentu hatinya sembrono. lebih parahnya lagi, penampilan luar sungguh menawan, anggun alim mempesona, namun hatinya tak lebih dari seorang munafik.
namun demikian tak juga dipungkiri, relasi antara penampilan dan isi hati itu ada. kenapa? ya karena penampilan itu adalah implementasi dari hasil proses berfikir yang terjadi di otak, proses berfikir itu sangat dipengaruhi oleh salah satunya kebiasaan, jadi tidak salah pula jika sesorang menghakimi orang lain melalui penampilan. asal jangan penampilan itu dijadikan satu-satunya indikator, perlu pengamatan yang mendalam baru bisa memutuskan seperti apakah seseorang itu sebenarnya.
Tetapi sebenarnya ada standar baku untuk menghakimi seseorang dari penampilanya standar ini merupakan indikator valid, misalnya norma agama, kita bisa saja mengatakan norma agam seseorang rendah ketika kita melihat seseorang berpenampilan tidak sesuai dengan apa yang agama ajarkan. yah... dibalik semua itu, hati nurani mempunyai peranan penting dalam hal ini. kita bisa memikirkan, bagaimana tanggapan orang lain ketika kita berpenampilan jorok, atau tak sedap dipandang, meskipun semuanya bersifat subjectif dan tentatif, teta[pi standar-standar ini telah tersirat dalam etika dan adab pergaulan hampir disetiap daerah, sebagai contoh, meski tidak ada peraturan yang menyuratkan seseorang supaya tidak jorok, jika dalam suatu forum atau komunitas ada yang berpenampilan jorok dan bau tak sedap, maka akan secara otomatis anggota kelompok itu memberikan nilai sosial yang rendah pada orang tersebut. meskipun tidak dibenarkan juga seseorang memberikan penilaian kepada orang lain melalui standar pribadinya, ibaratnya kata pepatah, 'jangan mengukur baju orang lain dengan badan kita sendiri'.
So, kunci dari segalanya adalah saling mengahargai, bagai mana kita menghargai orang lain dengan penampilan kita, atau bagaimana kita menghargai orang lain ketika penampilannya tidak sesuai dengan kebiasaan kita. jangan me-label seseorang hanya dengan penmpilanya semata, kecuali dengan indikator valid seperti yang telah disebutkan diatas, atau melalui sederet penagmatan yang mendalam, meskipun itu semua juga tidak seratus persen akurat, mengapa? karena yang paling tau diri kita hanyalah kita dan ALLAH azza wa zalla.

1 komentar:

Dini Haiti Zulfany mengatakan...

ngape blog ndak pake shout mix dot?