Welcome!!! Awak Datang Kamek sambot!!!

Minggu, 11 November 2012

Reseach penelitian all about

0 comments
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.[rujukan?] Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.[rujukan?] Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. [1] Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.[rujukan?] Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. [2] Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.[rujukan?] Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya: [sunting]A. Rene Descartes Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:[rujukan?] 1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. 2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (b) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik. (c) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (e)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.[rujukan?] 3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut[rujukan?]: (a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan. (c) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia. 4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera.[rujukan?] Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain.[rujukan?] Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.[rujukan?] 5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas).[rujukan?] Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik.[rujukan?] Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani.[rujukan?] Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh.[rujukan?] Jiwa manusia itu abadi.[3] [sunting]B. Alfred Julesayer Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:[rujukan?] 1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan 2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna 3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun.[4] [sunting]C. Karl Raimund Popper K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:[rujukan?] 1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat. 2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris. 3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATI[5]ON). [sunting]Karakteristik penelitian 1. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan.[rujukan?] 2. Metodologi penelitian adalah pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian.[rujukan?] 3. Penelitian dan ilmu merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. [6] [sunting]Proses penelitian 1. Masalah penelitian penelitian mencakup: penemuan masalah dan pemecahan masalah tahap:identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau pemilihan pokok masalah dan perumusan masalah kajian teoritis menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian.[rujukan?] 2. Pengujian fakta (data) mencakup: pemilihan, pengumpulan dan analisis fakta yang terkait dengan masalah yang diteliti data: sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (0bservasi) atau survei. kesimpulan merupakan hasil penelitian yang memberi feed back pada masalah atau pertanyaan penelitian.[rujukan?] [sunting]Paradigma penelitian [sunting]Paradigma kuantitatif a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.[rujukan?] b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.[rujukan?] c. Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.[rujukan?] d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.[rujukan?] e. Bebas nilai dan tidak bias.[rujukan?] f. Pendekatan deduktif.[rujukan?] g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.[rujukan?] [sunting]Paradigma kualitatif a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.[rujukan?] b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.[rujukan?] c. Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak.[rujukan?] d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.[rujukan?] e. Tidak bebas nilai dan bias.[rujukan?] f. Pendekatan induktif.[rujukan?] g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.[rujukan?] [sunting]Perbedaan paradigma kuantitatif dengan paradigma kualitatif Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian.[rujukan?] Perbedaan selanjutnya akan memengaruhi strategi dan desain penelitian.[rujukan?] Perbedaan asumsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :[rujukan?] 1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menurut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara obyektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebeas nilai.[rujukan?] Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif, penelitian berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga lebih bersifat subyektif, tidak bebeas nilai, 2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradigma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.[rujukan?] 3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan kualitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif. [7] [sunting]Metode ilmiah Berkas:Adam Smith.jpg Adam Smith merupakan Bapak Filsafat Pengetahuan Metode ilmiah adalah prosedur atau cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu (pengetahuan ilmiah.[rujukan?] Tidak semua pengetahuan berupa ilmu, karena ilmu merupakan kriteria tertentu.[rujukan?] Cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat dikenal dengan istilah epistemologi (filsafat pengetahuan).[rujukan?] [sunting]Karakteristik ilmu Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.[rujukan?] Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai fakta atau fenomena alam (fakta yang benar atau umumnya bernilai benar).[rujukan?] Pengetahuan yang menjelaskan fenomena alam bermanfaat untuk memprediksi fenomena-fenomena alam. Pengetahuan yang terkandung yang dinilai dalam ilmu dinilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab masalah-masalah dalam kehidupan manusia.[rujukan?] [sunting]Jenis-jenis penelitian ilmiah Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan[rujukan?]: (1) Tujuan; (2) Pendekatan; (3) Tempat; (4) Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh; (5) Bidang ilmu yang diteliti; (6) Taraf Penelitian; (7) Teknik yang digunakan; (8) Keilmiahan; (9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan. [sunting]Kriteria penelitian ilmiah 1. Dapat menyatakan tujuan dengan sejelas-jelasnya,[rujukan?] 2. Menggunakan landasan teoritis dan metode pengujian data yang relevan,[rujukan?] 3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoritis atau berdasarkan pengungkapan data,[rujukan?] 4. Telah mempunyai kemampuan untuk diuji ulang,[rujukan?] 5. Memilih data dengan tepat sehingga hasilnya dapat dipercaya,[rujukan?] 6. Menarik kesimpulan secara obyektif,[rujukan?] 7. Melaporkan hasil secara parsimony,[rujukan?] 8. Hasil penelitian dapat digeneralisasi. [8] [sunting]Penelitian bisnis Penelitian bisnis merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data yang sistematis dan obyektif untuk membantu pembuatan keputusan dalam suatu bidang bisnis.[rujukan?] [sunting]Klasifikasi penelitian bisnis [sunting]Berdasarkan tujuan penelitian 1. Penelitian dasar (pengembangan & evaluasi konsep-konsep dasar)[rujukan?] a. deduktif : menguji hipotesis melalui validasi teori, tipe: hopotesis a priori[rujukan?] b. induktif : mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta[rujukan?] 2. Penelitian terapan (pemecahan masalah-masalah praktis) a. penelitian evaluasi[rujukan?] b. penelitian dan pengembangan[rujukan?] c. penelitian aksi[rujukan?] [sunting]Berdasarkan karakteristik masalah 1. Penelitian historis[rujukan?] 2. Penelitian desktriptif[rujukan?] 3. Studi kasus lapangan[rujukan?] 4. Penelitian korelasional[rujukan?] 5. Kausal-komparatif[rujukan?] 6. Eksperimen[rujukan?] [sunting]Berdasarkan jenis data 1. Penelitian opini (opinion research)[rujukan?] 2. Penelitian empiris (empirical research)[rujukan?] 3. Penelitian arsip (archieval research)[rujukan?] [sunting]Referensi ^ http://www.google.co.id/#hl=id&q=metodologi+penelitian+bisnis&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=337ae19756b80444 ^ sumber : buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis : Dr. Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan ; Drs. Bambang Supomo, M.Si. Akuntan, penerbit : BPFE Yogyakarta ^ http://www.infoskripsi.com/Resource/Prinsip-Metodologi-Penelitian-Ilmiah.html ^ http://www.infoskripsi.com/Resource/Prinsip-Metodologi-Penelitian-Ilmiah.html ^ http://www.infoskripsi.com/Resource/Prinsip-Metodologi-Penelitian-Ilmiah.html ^ sumber : buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis : Dr. Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan ; Drs. Bambang Supomo, M.Si. Akuntan, penerbit : BPFE Yogyakarta ^ sumber : buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis : Dr. Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan ; Drs. Bambang Supomo, M.Si. Akuntan, penerbit : BPFE Yogyakarta ^ http://www.google.co.id/#hl=id&q=metodologi+penelitian+bisnis&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=337ae19756b80444

Manfaat teori dalam penelitian

0 comments
Teori Dalam Penelitian Ilmu Sosial MANFAAAT TEORI DALAM PENELITIAN K ita melakukan kegiatan penelitian sosial secara ilmiah karena ingin  memahami dunia yang kompleks ini,baik demi ingin memuaskan rasa ingin tahu maupun mengantisipasi peristiwa yang akan terjadi ataupun mengontrol peristiwa yang terjadi. Karena itu, suatu penelitian ilmiah selalu dimulai dengan suatu yang ingin kita ketahui. Inilah yang disebut masalah penelitian. Suatu yang ingin kita ketahui dapat dibedakan menjadi dua tingkatan, yaitu : Pertama, suatu pertanyaan yang belum diketahui jawabannya sama sekali. Misalnya,apakah betul remaja masa kini telah melakukan hubungan seks sebelum menikah (free sex)? Jawaban pertanyaan ini akan berupa deskripsi dan kesimpulan data dari suatu variabel. Hal yang ingin diketahui baru pada tingkatan gejala sosial saja, belum mencari jawaban atas kehadiran gejala tersebut. Misalnya, 42% remaja Jawa Timur telah melakukan free sex (hasil penelitian Bapenkar Jatim). Kedua, suatu pertanyaan telah diketahui jawabannya, tetapi orang masih meragukan kebenarannya. Misalnya, betulkah kontrol sosial yang lemah merupakan penyebab praktek free sex di kalangan remaja (penjelasan yang dikemukan Zainuddin M.Z di Surabaya post, 2 November 1992). Bentuk pertanyaan yang berangkat dari keraguan ini sudah mengandung kemungkinan penjelasan atas suatu gejala yang terjadi. Dalam pertanyaaan ini terkandung suatu teori yang ingin diuji kebenarannya dalam dunia nyata. Apabila free sex dilihat sebagai suatu bentuk prilaku menyimpang maka teori yang dikemukakan oleh Emille Durkheim tentang integrasi sosial  mungkin dapat digunakan untuk penjelasan gejala tersebut. ”Makin tinggi derajat diferensiasi struktural dan generasi nilai tanpa diikuti oleh spesisifikasi norma yang sama derajatnya dalam suatu sitem sosial, makin besar pula derajat anomali sehingga makin tinggi pula tingkat penyimpangan dalam kelompok tersebut”. Hal yang hendak kita ketahui, ialah betulkah derajat integrasi sosial rendah akan melahirkan perilaku menyimpang. Konkretnya, betulkah integrasi sosial yang rendah di kalangan remaja melahirkan perilaku free sex. Cara yang paling efektif untuk mendapatkan jawaban yang berguna dan akurat bagi pertanyaan tipe kedua adalah menggunakan metode penelitian empiris untuk menyelidiki kedua variabel tersebut (integrasi sosial dan perilaku menyimpang ) dalam dunia nyata. Akan tetapi selain untuk tujuan penelitian, teori ini juga berguna untuk tujuan tujuan ilmiah lainnya. Pertama, teori memberikan pola bagi interprestasi data. Kedua, teori menghubungkan satu studi dengan lainnya. Ketiga, teori menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel mendapatkan arti penting. Keempat, teori memungkinkan kita menginterprestasikan data yang lebih besar dari temuan yang diperoleh dari suatu penelitian. TEORI DAN PENJELASAN Apabila konsep merupakan pertanyaan what sehingga yang dilakukan dalam kenseptualisasi merupakan deskripsi realitas baik secara denotatif (keluasan) maupun secara konotatif (kedalaman), maka teori merupakan pertanyaan why sehingga yang dilakukan dalam teorisasi ialah menjelaskan mengapa suatu gejala seperti ini. Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu.  Proposisi proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab–akibat. Namun, karena di dalam teori juga terkandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diobservasi. Kalau teori diartikan sebagai hubungan kausal, logis, dan sistematis antara dua atau lebih konsep maka teori tiada lain penjelasan suatu gejala:  konsep atau variabel terpengaruh. Oleh karena itu, penjelasan (explanation) dapat dibagi dua unsur, yaitu menjelaskan (explanan) dan dijelaskan (explanandum). Unsur tersebut menjelaskan terdiri atas dua jenis pertanyaan: generalisasi/konsep, dan kondisi anticendent atau yang menyebabkan generalisasi/konsep tersebut. Kedua pertanyaan itu akan digunakan untuk menjelaskan explanandum. Mengikuti Durkheim tadi: diferensiasi struktural dan generalisasi nilai merupakan suatu konsep (generalisasi atas gejala yang kompleks). Anomi merupakan kondisi antecedent-nya, dan perilaku menyimpang (free sex) sebagai explanandum. Penjelasan sendiri terletak pada diferensiasi struktural, generalisasi nilai, dan anomi. Penjelasan atas pertanyaan mengapa suatu gejala yang terjadi harus dapat menunjukan bahwa gejala hendak dijelaskan itu secara logis sesuai dengan premisnya atau kemungkinan besar sesuai dengan premisnya. Dengan kata lain, penjelasan dapat pula dibedakan menjadi dua model, yaitu model dedukatif dan model induktif-statistika. Model deduktif ditandai oleh hubungan logis antara premis dan konklusi, antara explanan dan explanandum. Jika premis benar, maka konklusi juga benar. Dalam model ini keharusan tidak terletak pada premis, tetapi pada hubungan antara premis dan konklusi yang dikontrol oleh premis. Selain itu suatu penjelasan dapat dikatakan benar-benar menjelaskan jika generalisasinya didukung oleh fakta empiris. Jadi penjelasan ilmiah terhadap suatu kejadian diberikan dengan jalan menunjukkan bahwa kejadian itu merupakan salah satu contoh dari tendensi umum. Kenyataan bahwa Amerika Serikat menerapkan sistem dua partai dapat dijelaskan secara deduktif sebagai berikut : 1.       Semua sistem politik yang menerapkan sistem tunggal – anggota perdistrik (single member district) memiliki sistem dua partai (generalisasi) 2.       Sistem politik amerika menerapkan sistem tunggal – anggota perdistrik (kondisi antecedent). Dalam kenyataan generalisasi itu tidak dengan sendirinya benar. Oleh karena itu, generalisasi empiris harus diuji dan secara potensial dapat dibuktikan keliru. Tidak seperti model penjelasan deduktif, penjelasan-statistika terhadap suatu kejadian individual tidak selalu sesuai dengan generalisasi kejadian itu. Premis (generalisasi) mungkin saja benar,  betapa konklusi tentang suatu kejadian bisa saja salah. Penjelasan tidak terletak pada mengapa konklusi benar, tetapi mengapa hal itu sangat mungkin (probable). Kalau data menunjukkan bahwa 80% pegawai negeri mengidentifikasikan diri secara politik kepada Golkar, kita tidak dapat begitu saja menarik kesimpulan bahwa semua pegawai negeri adalah anggota Golkar. Akan tetapi kita dapat menarik kesimpulan apabila bertemu dengan seorang pegawai negeri, kemungkinan besar dia adalah anggota Golkar. Dalam literatur metodologi disebutkan berbagai macam penggolongan atas pola penjelasan. Akan tetapi, dari berbagai penggolongan itu, lima pola penjelasan ini selalu disebutkan. Dalam praktik penelitian penjelasan yang ditawarkan tidak hanya satu jenis saja melainkan kombinasi dari dua atau lebih penjelasan. Pertama, penjelasan genetik atau historis memberi jawaban atas pertanyaan mengapa dengan merujuk pada serangkaian tahap peristiwa yang terjadi sebelum kemunculan gejala  tersebut. Penjelasan yang diberikan oleh Marx mengenai kemunculan kapitalis, misalnnya merupakan penjelasan historis. Kedua, penjelasan fungsional memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa dengan merujuk pada letak dan kegunaan objek yang ditelaah itu dalam keseluruhan sistem tempat objek itu berada. Mengapa pemerintah melaksanakan P4 secara menyeluruh? Jawaban yang diberikan secara fungsional, ialah penataran P4 tidak hanya berfungsi bagi integrasi nasional, tetapi juga memberikan legitimasi bagi pihak yang memerintah. Ketiga, penjelasan disposisi memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa merujuk pada kecendrungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu dan dalam situasi tertentu pula. Termasuk dalam kecendrungan ini adalah sikap, pendapat, kepercayaan, nilai, dan ciri ciri kepribadian. Seorang liberal memilih parta demokrat (liberal menggambarkan disposisi) merupakan penjelasan disposisi. Keempat, penjelasan intensional memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa dengan merujuk pada maksud atau tujuan tindakan. X melakukan tindakan Y karena X ingin mendapatkan/mencapai T. Berdasarkan generalisasi seseorang yang menginginkan T cenderung melakukan Y dalam situasi tertentu. Mengapa kalangan massa cenderung mengikuti kegiatan suatu gerakan politik justru pada tahap akhir suatu gerakan mencapai tujuannya? Jawaban yang diberikan intensional, ialah massa mengikuti gerakan politik pada tahap akhir menjelang gerakan akan mencapai tujuannya karena keinginannya ingin ikut mendapatkan keuntungan dari hasil gerakan itu. Kelima, penjelasan rasional memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa dengan merujuk pada cara pencapaian tujuan yang paling efesien. Suatu tindakan dianggap rasional apabila mencapai tujuannya secara efesien. Perbedaan  penjelasan intensional dengan rasional terletak pada klaim bahwa tindakan rasional adalah tindakan yang paling efesien untuk mencapai tujuan. Tindakan yang intensional tidak mengajukan klaim seperti ini. Penjelasan rasional atas keterlibatan massa pada tahap akhir gerakan politik ialah keikutsertaannya gerakan menjelang mencapai tujuannya karena ingin mendapatkan keuntungan dari hasil gerakan tersebut yang dinilai paling sedikit resikonya.Mengikuti kegiatan sejak awal dianggap tidak rasional karena mengandung banyak resiko. Selain menjelaskan, teori juga berfungsi untuk memperkirakan gejala yang akan terjadi.  Kedua fungsi ini berkaitan erat. Artinya,apabila seseorang ilmuan dapat memberikan penjelasan (generalisasi kondisi antencedent) terhadap suatu gejala (explanandum) secara tepat, maka dengan sendirinya dapat memperkirakan gejala yang akan terjadi. Kalau penjelasan yang diberikan Vilfredo Pareto benar, yaitu makin tinggi derajat sentralisasi kekuasaan, paksaan, atau ancaman paksaan makin sering digunakan sebagai alat pengendalian masyarakat,maka dimana saja dan kapan saja terjadi sentralisasi kekuasaan  yang tinggi akan banyak menggunakan paksaan atau ancaman paksaan sebagai alat pengendalian masyarakat. BUKAN TEORI Sebelum kita membahas bagaimana menggunakan teori, ada baiknya terlebih dahulu menjernihkan penggunaan kata teori yang tidak tepat. Pertama, pembedaan yang sering dibuat antara teori dan praktik: that is fine in theory, but it work in practice. Baik dalam teori ,tetapi tidak dalam praktiknya. Pandangan ini mencoba mengaitkan bahwa teori realistis. Penggunaan kata teori di sini tidak tepat karena setiap teori yang baik mestilah sesuai dengan kenyataan. Apabila suatu teori tidak lagi sesuai dengan realitas empiris, maka teori itu tidak tepat lagi dikategorikan sebagai teori karena telah kehilangan obyektifitas. Suatu pertanyaan dikatakan obyektif kalau pertanyaan itu sesuai dengan objeknya (kenyataan). Sebagaimana telah diungkapkan di atas, teori merupakan abstraksi, sistemisasi, dan generalisasi atas realitas atau gejala yang kompleks. Hal ini berarti setiap ilmuwan dituntut untuk mengkaji secara terus menerus teori yang dimilikinya dengan menghubungkan denagn realitas yang membentuk teori tersebut, yaitu melalui kegiatan penelitian ilmiah. Kedua, kata teori digunakan baik untuk menggambarkan yang seharusnya (what ought to queston), maupun menggambarkan senyatanya (what is question). Pengertian teori yang dimaksud dalam ilmu sosial adalah menggambarkan kenyataan empirik. Sementara itu, teori acap kali digambarkan dalam bentuk procedural rule dan sistem klasifikasi. Durkheim dalam buku The Rules Of sociological Methods mengemukakan bahwa sebab yang menentukan suatu fakta sosial hendaklah dicari diantara fakta sosial yang mendahuluinya dan tidak diantara keadaaan kesadaran individual. Artinya, fungsi suatu fakta sosial harus selalu dicari dalam hubungannya dengan beberapa tujuan kausal, yaitu mencari sebab sebab dari suatu gejala; dan mencari akibat akibat yang ditimbulkan suatu gejala. Sistem politik birokratik otoriter (gejala) mungkin merupakan produk pembangunan ekonomi kapitalistik tergantung yang tertunda (dependent and delayed capitaliastic economic development) (sebab sebab gejala); penggunaan kriteria universal semakin meluas dalam recruitment berbagai organisasi politik dan masyarakat dan hubungan impersonal yang semakin berkembang dalam masyarakat,mungkin merupakan akibat yang ditimbulkan oleh birokrasi nasional. Ketiga, strategi klasifikasi yaitu menjelaskan suatu gejala dengan cara mencari dan menentukan posisi gejala tersebut dalam skema taksonomi (klasifikasi suatu gejala kompleks berdasarkan ereteia tertentu). Hubungan birokrasi dengan politik, misalnya, bisa diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan prinsip atau nilai yang mengatur kedua konsep ini; birokrasi patrimonial, negara birokrasi (bureaucratic policy) otoriter, dan birokrasi politik (bureaucratic politics). Apabila akan menjelaskan gejala birokrasi dan poltik indonesia dengan strategi ini, maka yang harus dilakukan menempatkan gejala birokrasi indonesia dalam empat kategori termasuk tipe birokrasi manakah gejala birokrasi dan politik tersebut. Dimensi lain dari teori yang perlu diketahui ialah lingkup (scope) dan tingkat abstraksi suatu teori. Lingkup teori dapat dilihat dari segi substansinya, yaitu fokus gejala yang hendak dijelaskan apakah unsur dari suatu sistem itu sendiri. Selain itu, lingkup teori dapat pula dilihat dari segi tempat dan waktu, yaitu kapan dan dimana gejala yang akan dijelaskan itu terjadi. Gejala hendak dijelaskan itu mungkin hanya kelas menengah suatu masyarakat bukan sistem politiknya. Kelas menengah yang hendak dijelaskan itu hanya terjadi di Eropa Barat pada abad ke-18, bukan di seluruh Benua Eropa,dan tidak pada abad ke-20. Dimensi tingkat abstraksi suatu teori dapat dilihat dari segi ”kedekatan’” konsep-konsep yang terkandung dalam teori observasi aktual. Hipotesis yang sudah siap diuji memiliki derajat abstraksi yang tinggi. Terakhir ini masih berupa general law, sedangkan yang pertama sudah mengalami proses deduksi. Kedua dimensi diatas berkaitan erat. Semakin tinggi abstraksi teori,semakin luas pula lingkup teori tersebut. Akan tetapi semakin luas lingkup teori tersebut, belum tentu semakin luas tingkat abstraksinya. Perubahan pada tingkat abstraksi akan mempengaruhi luas sempitnya lingkup teori. Akan tetapi, perubahan luas lingkup teori belum tentu mempengaruhi tingkat abstraksi. Oleh karena itu persyaratan teori tersebut sukar dipenuhi oleh ilmu sosial, yang dianjurkan adalah prinsip parsimony, yaitu daya cukup tinggi teori yang bersyarat: sederhana bila dibandingkan dengan teori lain untuk gejala yang sama, tinggi tingkat abstraksinya, luas lingkupnya dapat diuji dalam dunia nyata. Suka Be the first to like this.

Penelitian kualitatif vs kuantitatif

0 comments
Oleh : Ihsanuddin PEMBAHASAN A. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Metode kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode yang tradisional dan metode baru; metode positivistic dan metode postpositivistic, metode scientific dan artistic, metode konfirmasi dan temuan. Jadi metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistic, scientivic dan metode discovery. Selanjutnya metoda hase kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru, postposivistic, artistic dan interpretive research. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, Karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama, metode ini dinamakan postpositivistik Karena berlandaskan pada filsafat post positifisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistic, Karena proses penelitian lebih bersifat seni(kurang terpola),dan disebut metode interpretive karena data hasil peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan.metode penelitian kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,analisis data bersifat kuantitatif/statistic,dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang teleh di tetapkan. Metode penelitian kualitatif sering di sebut metode penelitian naturalistik karena penelitianya di lakukan pada kondisi yang alamiah(natural setting);di sebut juga metode etnographi,karena pada awalnya metode ini lebih banyak di gunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;disebut metode kualitatif,karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. B. Perbedaan Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Perbedaan mendasar dari metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif[1]. Bersifat konfirmasi disebabkan karena metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah baik dalam bentuk angka. Penarikan kesimpulan bersifat deduktif yaitu dari sesuatu yang bersifat umum ke sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang membangunnya. Hamidi menjelaskan setidaknya terdapat 12 perbedaan pendekatan kualitatif dengan kualitatif seperti berikut ini[2]: 1. Dari segi perspektifnya penelitian kuantitatif lebih menggunakan pendekatan etik, dalam arti bahwa peneliti mengumpulkan data dengan menetapkan terlebih dahulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan yang berasal dari teori yang sudah ada yang dipilih oleh peneliti. Kemudian variabel tersebut dicari dan ditetapkan indikator-indikatornya. Hanya dari indikator yang telah ditetapkan tersebut dibuat kuesioner, pilihan jawaban dan skor-skornya.\ Sebaliknya penelitian kualitaif lebih menggunakan persepektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan informan. 2. Dari segi konsep atau teori, penelitian kuantitatif bertolak dari konsep (variabel) yang terdapat dalam teori yang dipilih oleh peneliti kemudian dicari datanya, melalui kuesioner untuk pengukuran variabel-variabelnya. Di sisi lain penelitian kualitatif berangkat dari penggalian data berupa pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka, kemudian para responden bersama peneliti meberi penafsiran sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Secara sederhana penelitian kuantitatif berangkat dari konsep, teori atau menguji (retest) teori, sedangkan kualitatif mengembangkan ,menciptakan, menemukan konsep atau teori. 3. Dari segi hipotesis, penelitian kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, yang berasal dari teori relevan yang telah dipilih, sedang penelitian kualitatif bisa menggunakan hipotesis dan bisa tanpa hipotesis. Jika ada maka hipotesis bisa ditemukan di tengah penggalian data, kemudian “dibuktikan” melalui pengumpulan data yang lebih mendalam lagi. 4. Dari segi teknik pengumpulan data, penelitian kuantitatif mengutamakan penggunaan kuisioner, sedang penelitaian kualitatif mengutamakan penggunaan wawancara dan observasi. 5. Dari segi permasalahan atau tujuan penelitian, penelitian kuantitatif menanyakan atau ingin mengetahui tingkat pengaruh, keeretan korelasi atau asosiasi antar variabel, atau kadar satu variabel dengan cara pengukuran, sedangkan penelitian kualitatif menanyakan atau ingin mengetahui tentang makna (berupa konsep) yang ada di balik cerita detail para responden dan latar sosial yang diteliti. 6. Dari segi teknik memperoleh jumlah (size) responden (sample) pendekatan kuantitatif ukuran (besar, jumlah) sampelnya bersifat representatif (perwakilan) dan diperoleh dengan menggunakan rumus, persentase atau tabel-populasi-sampel serta telah ditentukan sebelum pengumpulan data. Penelitian kualitatif jumlah respondennya diketahui ketika pengumpulan data mengalami kejenuhan. Pengumpulan datanya diawali dari mewawancarai informan-awal atau informan-kunci dan berhenti sampai pada responden yang kesekian sebagai sumber yang sudah tidak memberikan informasi baru lagi. Maksudnya berhenti sampai pada informan yang kesekian ketika informasinya sudah “tidak berkualitas lagi” melalui teknik bola salju (snow-ball), sebab informasi yang diberikan sama atau tidak bervariasi lagi dengan para informan sebelumnya. Jadi penelitian kualitatif jumlah responden atau informannya didasarkan pada suatu proses pencapaian kualitas informasi. 7. Dari segi alur pikir penarikan kesimpulan penelitian kuantitatif berproses secara deduktif, yakni dari penetapan variabel (konsep), kemudian pengumpulan data dan menyimpulkan. Di sisi lain, penelitian kualitatif berproses secara induktif, yakni prosesnya diawali dari upaya memperoleh data yang detail (riwayat hidup responden, life story, life sycle, berkenaan dengan topik atau masalah penelitian), tanpa evaluasi dan interpretasi, kemudian dikategori, diabstraksi serta dicari tema, konsep atau teori sebagai temuan. 8. Dari bentuk sajian data, penelitian kuantitatif berupa angka atau tabel, sedang penelitian kualitatif datanya disajikan dalam bentuk cerita detail sesuai bahasa dan pandangan responden. 9. Dari segi definisi operasional, penelitian kuantitatif menggunakannya, sedangkan penelitian kualitatif tidak perlu menggunakan, karena tidak akan mengukur variabel (definisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur). Jika penelitian kualitatif menggunakan definisi operasional, berarti penelitian telah menggunakan perspektif etik bukan emik lagi. Dengan menetapkan definisi operasional, berarti peneliti telah menetapkan jenis dan jumlah indikator, yang berarti telah membatasi subjek penelitian mengemukakan pendapat, pengalaman atau pandangan mereka. 10. (Dari segi) analisis data penelitian kuantitatif dilakukan di akhir pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedang penelitian kualitatif analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara “mengangsur atau menabung” informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai terakhir memberi interpretasi. 11. Dari segi instrumen, penelitian kualitatif memiliki instrumen berupa peneliti itu sendiri. Karena peneliti sebagai manusia dapat beradaptasi dengan para responden dan aktivitas mereka. Yang demikian sangat diperlukan agar responden sebagai sumber data menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi. Di sisi lain, pendekatan kuantitatif instrumennya adalah angket atau kuesioner. 12. Dari segi kesimpulan, penelitian kualitatif interpretasi data oleh peneliti melalui pengecekan dan kesepakatan dengan subjek penelitian, sebab merekalah yang yang lebih tepat untuk memberikan penjelasan terhadap data atau informasi yang telah diungkapkan. Peneliti memberikan penjelasan terhadap interpretasi yang dibuat, mengapa konsep tertentu dipilih. Bisa saja konsep tersebut merupakan istilah atau kata yang sering digunakan oleh para responden. Di sisi lain, penelitian kuantitatif “sepenuhnya” dilakukan oleh peneliti, berdasarkan hasil perhitungan atau analisis statistik. DAFTAR PUSTAKA Irwan Abdullah. 2008. Materi Kuliah Metode Penelitian Administrasi. Yogyakarta: Magister Administrasi Publik UGM Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Hal 14-16 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.