Senja itu kembali datang, meski jam tangan hitam ku menunujukkan sudah hampir jam delapan malam, namun masih terlihat senja. Keemasan sang surya bersinar menyela diantara pepohonan yang daunya telah habis berguguran dimusim gugur yang lalu. tunas-tunas muda dedaunan yang tumbuh lebat dipepohonan itu memecah sinar mentari menjadi pancaran kecil-kecil menerobos sela-sela ranting dan menyentuh wajah ku. dari balik danau kecil dibelakang apartemen ku berhembus angin yang menusuk karena dinginya. Fikiran ku melayang-layang tak tentu arah. Sebagian memikirkan keindahan tunas-tunas khas musim semi itu, sebagian bertaut dengan dingin cuaca yang sejalan dengan dinginnya hati ku ketika itu.
Sebenarnya aku tidak terlalu setuju dengan diri ku sendiri yang mengganggap hati ku ini dingin, namun apa boleh dikata kesepakatan hati dan jiwa ku lah yang menjadikanya dingin. Kesepakatan yang dibuat atas dasar pemikiran yang panjang dan melelahkan. Menjadikan aku harus membuat hati ku dingin untuk mengambil keputusan dan menentukan arah tanpa keraguan. Menentukan arah ketika tak satupun isyarat kebenaran ku terima. Menetukan arah ketika kompas jiwa ku pun tak sanggup menunjukkan arah yang harus ku lalui. Menetukan arah ketika angin fikrian ku pun bingung untuk melangkah dan mentari juga masih ragu untuk mulai bersinar dari mana.
Ya.. itulah arah keputusan untuk melepaskanya pergi dari imajinasi masa depan ku dan mengakhiri goresannya dalam setiap bait sejarah hidup ku yang sudah lama ku tulis bersamanya. Sedih dan sakit ketika menyadari bahwa akan ada bait-bait kosong dalam semua cerita kini dan kelak karena tidak ada satupun yang bisa menggantikan goresanya untuk mengisi setiap baris cerita hidup yang telah ia tinggalkan.
Berat rasanya menyadari kalau cerita yang telah ku tulis sejak lama bersamnya harus berakhir tanpanya. Dan menyedihkan ketika aku tau kalau semua rencana hidup yang telah ku bangun selama ini harus berubah arah tak tau entah kemana. tak satu pun arahnya yang dapat ku tuju selain memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri. Meski esok akan berat bagi ku karena keputusan ini, namun aku yakin kalau inilah keputusan yang terbaik untuk ku dan juga untuknya. Dan apabila nanti aku menemukan diriku menyesali keputusan ku untuk membiarkanya berjalan sendiri, maka aku harus mengingat hari ini ketika aku berfikir dengan yakin untuk melepasknya. >>>>
****Harus ku akui kalau aku menyayangi mu meski sekarang engkau menemukan kenyataan kalau kita berpisah pada saat ini. semuanya karena waktu dan keadaan, bukanlah karena cinta ku telah habis tanpa sisa. Tiada kata habis untuk cinta, karena sekali ia ditanam dengan tulus maka ia akan terus tumbuh dan berakar meski terkadang takdir membuatnya harus berduri sehingga hanya bisa ditatap dan tak bisa dimiliki. Sekali ia ditanam akan selamnya disana, meski terkadang waktu dan pilihan membuatnya tumbuh tak berarah hingga memudar dengan pasrah. Jika saja aku bisa meminta satu permintaan, aku berharap bisa menyatukan Waktu dan pilihan..... *****
INSIDE OUT - Miss Dini
4 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar