Ketika cinta dan cita dapat dipersatukan, dunia ini terasa aku yang memiliki. tidak ada kesusahan atau pun duka lara yang menyelimuti, karena semua yang seharusnya kumililiki bisa kudapatkan. Begitulah awalnya kisah hidup ku yang malang ini.
bak seorang budak aku bekerja dan belajar untuk mengejar cita-cita yang dari sejak kabut masih menutup pandangan masa depan ku cita-cita itu sudah ku impikan. Tak sedikit yang memandang sebelah mata cita-cita ini, bahkan orang tua ku sendiri pun menganggap mustahil apa yang ku impikan ini. sebenarnya mimpi ku ini tidak lah muluk-muluk, hanya sekedar ingin belajar, menuntut ilmu ketempat-tempat yang aku sendiripun tidak pernah menyangka kalau aku bisa kesana. Aku hanya ingin mengalir dengan gelombang samudra yang mengantarkan ku ketepian yang penuh janji-janji, meski masih berselimut misteri. Aku juga ingin menderu bersama deru angin malam yang mampu mengantarkan para nelayan ketengah lautan dan kembali membawa seikat harapan untuk menyambung hidup keluarganya.
meski ditengah cemooh dan pandangan pesimis para pengamat nasib yang untuk melihat naisbnya sendiripun mereka tak bisa, aku terus belajar dan bekerja. berfikir kedepan dengan landasan keyakinan, seperti halnya seorang Siti Hajar yang berani meyakini akan adanya sumebr air dipadang tandus.
Sampai pada akhirnya sebuah gerbang awal telah berhasil kudapatkan: menyelesaikan Kuliah S1 dan Mendapat kesempatan menuntut ilmu di negeri Paman Sam. Yah awal yang indah untuk sebi=uah cita-cita dan anugerah.
Hampir disaat bersamaan Cinta pun ku dapatkan, dunia terasa nirwana, hidup terasa disinggasana bak seorang raja yang dilimpahi cinta dan permata. Menyadari anugrah terindah itu, jiwa ku pun terpanggil untuk terus mempertahankan dan menyemai benih-benih cinta itu agar terus berkembang dan bersemi. Dengan perjuangan aku pelihara dengan harapan kelak, ketika ia benar-benar menjadi milik ku, ia akan memberi kesempurnaan ditengah kehidupan ku, ya... itu lah kesempurnaan, ketika Cita dan Cinta menyatu saling melengkapi bak Bintang gemintang dan rembulan dengan sinarnya yang teduh namun menyentuh. hari ku jalani dengan langkah tegap demi mengejar saat bulan purna penuh bintang tersebut.
namun, malang nian nasib ini, ketika cita diraih, cinta mulai merintih. ketika cita mulai mendekat cinta mulai melepas jangkarnya. Aku tak rela Apa yang ku citakan ini menguap begitu saja, dan aku juga tak sanggup melihat cinta ku berlayar tanpa meninggalkan pesan dan harapan. ingin rasanya ku pertahankan bak Majnun yang rela dipanggil "Majnun" demi Si Laila. atau mungkin juga seperti seorang Romeo yang rela melakukan apa saja demi Julietnya.
yah seperti inilah jalan ku kini bercabang dua, ingin ku satukan keduanya namun rasanya tak mungkin. Bak Hujan dan kemarau. Seperti apapun aku berjuang mempertahankan kemarau, tetap saja ia akan pergi ketika Hujan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar