Welcome!!! Awak Datang Kamek sambot!!!

Selasa, 13 Juli 2010

Rumah Allah di Negeri Paman Sam


Setelah lebih dari seminggu aku di Amerika, tibalah saatnya hari jumat. Yah sebagai lelaki sejati aku diwajibkan untuk melaksanakan sholat jumat di mesjid. Ketika itu aku tidak tau dimana mesjid berada. Setelah berfikir sejenak, akupun dapat ide untuk mencari di google. Setelah ku ketik ‘Mosque uraban Illinois’, aku pun menemukan lokasinya. Ternyata tidak terlalu jauh. Mesjid itu berada di jalan yang sama dengan tempat apartemen ku berada, yaitu di Lncoln Avenue. Sekitar 1-1,5 kilometer. Di web itu ku lihat jadwal jumatan dilaksanakan pada jam 1.30pm. karena ini adalah kali pertama aku kesana, maka aku berangkat lebih awal. Tepat pukul 11 aku pun berangkat, dengan menggunakan sandal jepit, celan jeans, kacamata hitam n topi serta tas ransel aku pun berangkat jalan kaki.

Cuaca cukup panas, meski tak sepanas di Indonesia, membuat mata ku berair. Untunglah ketika itu aku memakai kaca mata hitam ku. Angin berhembus kencang serta membawa aroma kaporet dari perusahaan pengolahan air di dekat apartemen ku membuat hidung ku pedas dan mengeluarkan cairan.

Aku terus berjalan menyusuri pinggiran jalan Lincoln Avenue sambil terus melihat peta yang kudapat sehari sebelumnya. Persimpangan demi persimpangan kulalui, pertama aku melewati persimpangan Sunset and Lincoln, Fairview ave dan Lincoln ave, kemudian University Ave, Church Ave, Park ave, main street, dan akhirnya setelah berjalan sekitar 30 menit sampai juga dijalan tempat mesjid itu berada, yaitu Springfield ave. Aku pun langsung membayangkan sebuah mesjid yang megah dengan menara yang menjulang tinggi sarta memiliki halaman yang luas. Aku pun juga membayangkan sebuah mesjid dengan dinding marmer dan di kelilingi sebuah halaman yang bersih seperti halnya rumah ibadah lain yang Nampak rapi dan sangat terawat.

Akupun terus menyusuri jalan itu. Sambil melihat ke kiri dan kekanan untuk mencari Mesjid. Sudah berkeliling-keliling aku mencari, namun tetap tak ku temukan. Aku sangat kepanasan dan kehausan. Sempat terbesit difikiran ku utnuk pulang saja, namun untunglah malaikat didalam hati ku masih lebih kuat dari syeiton. Dalam hati aku bergumam ’aku tidak boleh pulang sampai aku menemukankan mesjid yang telah ku rindukan itu. Akhirnya tak mampu lagi menahan lelah kaki ku yang semakin terasa pegal, aku pun berhenti didedepan sebuah bangunan besar dan tua, catnya sangat kusam, halaman antara pagar dan pintunya sekitar satu meter dipenuhi dengan potongan rumput. Pintunya tertutup rapat, seakan tak berpenghuni. Tak ada seorangpun disitu. Dalam hati aku bergumam “ih ternyata di Amerika ada juga ya bangunan yang tidak terurus, padahal kan berada di Jalan utama di kota Urbana ini?”. Akupun duduk sejenak didepan pagarnya untuk mengumpulkan energy serta untuk melihat kembali peta yang ku bawa. Didalam peta itu aku kembali melihat lokasi mesjid yang seharusnya berada tidak jauh di tempat ku berada. Aku melihat disekeliling ku. Namun tidak juga ku temui.
Akhirnya aku berfikir untuk pergi kesebrang jalan saja. Dari tempat ku duduk ku lihat disebrang jalan itu ada bangunan-bangunan megah, sepertinya bangunan itu adalah apartemen. Diantara bangunan-bangunan itu terdapat sebuah jalan kecil. Jalan itu lah yang ku masuki. Ternyata dibelakang bangunan itu adalah komplek perkantoran University of Illinois.
Aku terus berjalan untuk mencari mesjid itu. Namun tetap tak kujung kutemui. Sementara hari semakin panas. Aku melihat kembali peta yang kubawa. Dan disitu terlihat jelas lokasinya tidak lah jauh dari lokasi ku berisitirahat tadi, dan aku telah berjalan terlalu jauh. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ketempat aku beristirahat tadi untuk mencari lebih detil. Dan ketika aku berada di sebrang jalan bangunan tempat aku duduk tadi aku melihat ternyata didekat pintu masuknya ada sebuah papan nama, dan setelah ku lihat dengan lebih teliti aku pun dapat membaca tulisanya. Urbana Mosque And Islamic centre.
Subhanallah… hati ku bercampur aduk. Senang dan sedih bercampur. Senang karena akhirnya aku bisa menemukan mesjid yang kucari-cari itu. Sedih karena terntata bangunan yang ku lihat tidak terurus tadi adalah mesjid, Rumah Allah. Rumah Allah dinegeri Paman Sam.

Aku pun memasuki pagar besi yang tak dikunci itu. Kulihat lantai terasnya terbuat dari semen kasar, tidak berporselin. Kulihat dikiri dan kanan ku, sepertinya baru saja ada yang memotong rumput, namun potongan-potongan rumputnya tidak dibersihkan sehingga beserakan dihalaman dan diteras. Aku duduk sejenak dengan hati sedih dan terharu melihat kondisinya.
Sambil duduk aku melihat disekeliling ku untuk mecari sapu, atau apalah yang bisa ku gunakan untuk membersihkan potongan-potongan rumput itu. Beberapa kali aku melihat disamping ku, tak juga ku temukan. Akhirnya aku menggunakan peta yang ku miliki untuk membersihkan rumput-rumput itu. Walau tidak maksimal bersihnya, namun hasilnya juga tidak terlalu menyedihkan, karena peta yang kumiliki itu terbuat dari kertas tebal, jadi cukup mampu untuk membantu ku mengumpulkan potongan-potongan rumput tersebut.

Setelah kurasa cukup bersih, aku pun mecoba membuka pintu mesjid itu. Namun pintu itu terkunci. Aku coba mengteuk tak ada yang membuka. Aku mengucapkan salam, juga tidak ada yang mejawab. Akhirnya aku mencoba berjalan untuk melihat disekliling. Ternyata disisi kiri bangunan itu ada sebuah jalan semen kecil menuju kebelakang. Setelah ku telusri ternyata jalan itu membimbing ku menuju pintu masuk mesjid itu yang berada dibelakang. Ku ketuk pintunya, tak ada yang menjawab. Ku coba membukanya, ternyata tak di kunci. Aku pun memberanikan diri untuk masuk. Setelah kubuka pintunya kulihat ruangan seperti lorong yang remang-remang. Tepat didepan ku sekitar 1,5 meter ada 1 pintu lagi. Disisi kiri ku ada rak sepatu, dan tepat disamping rak sepatu itu ada sebuah pintu lagi. Setelah berfikir sejenak aku memutuskan untuk menuju pintu yang berada didepan ku. Sedikit demi sedikit aku memberanikan diri untuk melangkah sambil mengucapkan salam. Ketika aku mengucapkan salam sambil berjalan menuju pintu kedua di dalam ruangan itu tiba-tiba ada seseorang menjawab salam ku. Aku pun langusng bertanya; “may I come in?”. ia menjawab: “Yes please”. Aku pun masuk dan kulihat ruang itu penuh dengan buku-buku islam. Dan ternyata ruangan itu adalah perpustakaan. Disana aku melihat seorang lelaki kulit hitam yang menjawab salam ku tadi. Ia berusia sekitar 20 an tahun. Setelah berkenalan, ternyata ia bernama Malek. Ia tinggal dimesjid itu. Setelah berbincang-bincang sebentar, aku pun menuju ruangan tempat sholat yang ternyata pintu masuknya adalah pintu yang berada di samping rak sepatu itu. Ruangan itu lumayan besar dan megah serta rapid an bersih, sungguh kontras sekali dengan kondisi di luar bangunana yang kuliah tadi. Aku sempat bertanya-tanya didalam hati mengapa mereka tidak membersihkan bagian luar mesjid seperti halnya bagian dalamnya tersebut.
Selain bersih dan rapi, ruangan itu juga didesain kedap suara, entah apa maksudnya dan tujuanya, aku juga tidak mengerti. Diruangan itu sangat sepi, hanya ada seorang permpuan yang mungkin asal timur tengah yang sedang ber I’tikaf. Kemudian aku pun langsung sholat sunnah dan membaca Al-qur’an sambil menunggu masuknya waktu sholat jum’at.

Tidak ada komentar: